Jumat, Januari 09, 2009

Sampah oh.. sampah (Edisi Pemulung)

Sampah..... mungkin bukan kata-kata asing lagi buat kita terutama di kota-kota besar termasuk Batam, dimana jumlah sampah harian yang besar yang tidak bisa dihindari. Banyak cerita yang bermunculan dengan hadirnya sampah di lingkungan kita baik dalam jumlah besar atau kecil.

Satu pekerjaan yang sangat erat hubungannya dengan sampah yaitu Pemulung. Terima atau tidak toh mereka telah hadir di sekeliling kita karena saat mereka sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Dari segi kehidupan sosial kita turut prihatin dengan kondisi pekerjaan mereka yang jauh dari kata-kata bersih. Berjalan dari tong sampah satu rumah ke rumah yang lain dengan baju seadanya (dengan sedikit noda disana sini), mereka memulai aktifitas ditemani dengan keranjang atau karung di pundak sebagai tempat untuk mengumpulkan hasil dari mulung harian. Tak peduli berapa yang akan mereka dapatkan hari ini, mereka terus berjalan menyusuri rumah demi rumah, gang demi gang dengan semangat kerja yang patut kita acungkan jempol. Mereka tak peduli walaupun ada sebagian tuan rumah yang ditemui menyumbangkan wajah dan pandangan sinis di saat mereka memulung sampah di depan rumahnya. Namun dibalik cerita sedih dan kurang enak di dengar itu terselip sebuah keadaan yang mungkin bisa membuat kita jadi bertanya-tanya dan jadi mikir sendiri. Ada satu fenomena yang ada saat ini nyata pada kehidupan sebagian pemulung. Tak jarang saat ini kita melihat Pemulung menggunakan kendaraan roda dua dalam aktifitas harian mereka. Mungkin untuk efektifitas kerja.. Sepeda? bukan.. bukan sepeda yang saya maksudkan disini. Mungkin kalau sepeda saya tidak perlu komentar disini karena sepeda bukanlah sesesuatu yang bisa di bilang wah.. mungkin dengan uang ratusan ribu sudah bisa memperoleh satu unit sepeda. Kendaraan roda dua yang saya maksudkan disini adalah Sepeda Motor. Sepeda motor saat ini belum bisa kita katakan kendaraan biasa karena untuk mendapatkannya perlu merogoh kocek dengan nilai jutaan rupiah walaupun cuma untuk sekedar bayar DP bagi yang kredit. Dari kenyataan ini apakah bisa kita simpulkan ada sebagian Pemulung yang sudah "makmur" ? yang mampu menyediakan uang dalam jumlah besar untuk memperoleh barang yang bisa dibilang mahal. Sudah sedemikian makmurkah mereka sehingga mereka sudah bisa mengimbangi penghasilan orang yang kerja di PT / kantoran ? Hanya mereka lah yang tahu... Namun yang perlu kita sikapi disini adalah keberadaan mereka di tengah-tengah kita yang sudah tidak bisa di bantah lagi. Mungkin saat ini kita masih akan sangat jauh dari lingkungan tanpa pemulung. Semoga suatu saat nanti ada sebuah peraturan yang memusatkan pemulung di satu tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang jauh dari pemukiman penduduk. Semoga......

Kita lanjutkan pembahasan ini dengan jam kerja Pemulung. Pemulung sepertinya ingin mengambil start lebih awal dalam aktifitasnya di banding kerja/ profesi lainnya. Mungkin kalau kerja di PT / kantoran biasanya aktifitas pagi dimulai dari jam 7.00 / 8.00 pagi. Namun bagi pemulung itu kesiangan rek... bisa-bisa jatah hari ini diambil sama teman lain yang "dinasnya" agak pagian. Mereka memulai aktifitasnya subuh disaat sebagian orang masih malas-malasan untuk bangun karena cuaca yang sangat menggoda buat menarik selimut lagi. Jika kita ingin mengetahui apa rumah kita sudah di "kunjungi" atau belum sama pemulung. Kalau siangnya kita membuang sampah dalam keadaan terbungkus dalam kantong plastik setelah aktifitas pemulungan selesai kita akan menyaksikan sampah-sampah itu akan terurai dan berantakan bahkan ada yang sampai terbuang keluar dari tempatnya tong sampah, yang menghasilkan pemandangan yang kotor dan bau yang menyengat. Mungkin ada saudara-saudara kita yang terhindar dari situasi ini yakni mereka yang memperoleh kelebihan rizki untuk membeli rumah di lokasi elit yang jelas saudara pemulung dilarang keras karena ada Pak Satpam yang selalu setia untuk mengingatkan. Kondisi sampah yang sudah gak sehat ini akan diperparah jika terjadi keterlambatan pengangkutan sampah. Sering kita baca di media cetak dan saksikan di layar kaca banyak warga yang mengadukan masalah keterlambatan pengangkutan sampah yang menciptakan lingkungan yang sangat kotor dan bau yang kadang sudah menggangu kesehatan terutama anak-anak yang sangat rentan dengan penyakit. Kita cuma bisa berharap agar dinas terkait bisa mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan sampah ini dengan jadwal pengangkutan sampah yang tepat.

Sisi negatif lainnya yang timbul dari aktifitas pemulung yakni mereka pemulung (sebagian tentunya) memulung barang-barang yang bukan berada di tong sampah saja. Barang-barang yang bertebaran dihalaman rumah entah itu besi,mainan anak dll, jika rumah tidak di pagar mungkin akan di embat juga. Pernah kejadian menimpa saya. Saya menaruh sebuah kompor minyak tanah diluar rumah yang sedianya akan saya perbaiki karena apinya gak bagus. Karena satu dan lain hal gak bisa saya perbaiki hari itu juga. Akhirnya bermalamlah kompor tersebut di luar rumah. Paginya saat hendak memperbaiki saya lihat kompor nya udah raib alias hilang. Untuk sekedar mengingatkan sebaiknya jangan menaruh barang-barang yang masih diperlukan di luar rumah jika rumah kita belum tertutup pagar. Kita cuma bisa berharap semoga gak banyak saudara-saudara kita Pemulung yang terlalu aktif seperti kejadian di atas.

Info diatas hanyalah sekelumit cerita ditengah-tengah kehidupan kita yang mau tak mau harus kita terima dengan hati yang lapang, karena sekarang Pemulung tidak akan pernah lepas dari kehidupan sehari-hari dan sudah merupakan profesi bagi sebagian orang. Kita sangat tidak mengerti apa motivasi mereka untuk memilih pekerjaan tersebut. Apakah memang mereka sama sekali tidak punya keahlian yang bisa di jual untuk bekerja yang lebih layak, atau cuma sekedar pilihan hidup yang mereka ambil sebagai pilihan yang menurut mereka mudah untuk di lakoni. Sekian saja pembahasan kali ini mohon maaf jika terdapat kekeliruan dan kesalahan dalam tulisan ini.

Salam.